Speechless reaksiku membaca kirimannya hari ni, entah senang atau sedih? entah bahagia atau malah terluka? Padahal lebih banyak lagi cerita yang ingin kusampaikan tentang aku kepada kamu dan lebih banyak lagi hal yang ingin ke dengar tentang kamu yang diceritakan kepadaku.
Semalam, jarak kita begitu dekat, ingin rasanya saat itu aku mendekap mu erat seperti malam sebelumnya, tapi tangan ini tak kuasa hati ku teramat beku, kamu begitu dingin dan angkuh, tak sepatah katapun keluar dari mulut mu padahal aku menunggu.
Malah tiba-tiba engkau menjauh dari ku pergi entah kemana untuk menjawab sebuah telpon yang jelas aku dengar suaranya, tak usah ku permasalahkan… karena mungkin hal itu kau anggap sebagai bentuk aku tak memahami mu atau cara pandang aku yang telalu jauh berbeda, padahal tak pernah aku menjauh mengangkat telpon ku dari kamu.
Akupun selalu berusaha menghormati pilihan mu dan mendukung mu, aku telah mengalah pada sebuah prinsip yang besar bagiku atas pilihanmu, tidak masalah asal kau senang dan aku akan selalu berusah mengikuti langkah dan keputusan mu.
Tapi hari itu, ketika ku menelpon mu kerena kekhawatiran ku dan ketidak berdayaan ku untuk melihat dan menjaga Asa-ku kamu malah memilih melakukan hal yang kuanggap tidak terlalu perlu, bahkan dengan santainya kamu bilang hanya ingin mengambil pakaian tanpa memberitahu ku kemana sebenarnya kamu, itu yang kamu anggap cara pandang ku berbeda?
Aku selalu menjaga hati mu, menjaga kehormatan mu, kubiarkan perasaan dan kucegah keinginan ku untuk bisa berkumpul dengan teman-teman ku, karena aku lebih memilih untuk selalu bisa dekat kamu dan bersama kamu, karena kurasa keterbatasan waktuku untuk bisa melayanimu. Dan kuharap kamu tahu dan mengerti itu…
Terkejut aku membaca luapan hati mu, lelah… akupun lelah… teramat lelah malah, tapi kuabaikan rasa itu, ku coba tetap tegar dan kuat, aku kira kamu juga begitu tapi ternyata aku salah trus apa yang bisa ku perbuat, kalau kau sudah lelah dan menyerah, semua tergantung kamu.
Mungkin aku juga bukan wanita seperti impian mu, yang selalu bisa mengerti mu, bisa menerima kamu, bisa menjaga perasaanmu, sepaham dengan kamu, mampu mengimbangi pemikiranmu, aku sadar, aku jauh dari itu dan teramat jauh dari itu, tapi aku selalu berusaha untuk mengibangi kamu, meski langkah ku terseok-seok memerlukan uluran tangan mu supaya aku dapat berdiri tegak mengikuti kamu. Hanya perlu kau mengulurkan tangan mu, bersabar meraih tangan ku, dan membantu ku berdiri tegak dan mengajariku berjalan selangkah demi selangkah, bukan malah merasa lelah dan mebiarkan aku jatuh semakin jauh dan terpuruk.
Terakhir aku hanya ingin mengatakan..
Sedikit memiliki mu sudah cukup bagiku, tak berharap aku bisa memiliki mu utuh, tidak rasamu dan jiwamu. Sampai hari ini aku masih merasa bahwa kamu lelaki terhebat ku yang dapat mengikuti ku. Jika kamu sudah merasa lelah dan menyerah aku pun sebenarnya sudah teramat lelah. Jika kamu sudah merasa menyerah apa yang bisa kupebuat?
= luapan hasrat dan hati yang galau =