Sudah sekuat tenaga aku berdiam, manahan diri untuk tak berbicara sapatah katapun. Tapi emosi di dalam dada terus bergelora dan aku perlu mengungkapkan kegelisahanku karena tak harus semua aku pendam dalam hatiku. Aku hanya butuh kamu mendengar, menenangkanku, menggenggam erat jariku atau bahkan memeluku erat dalam dekapanmu. Bukan menjawab semua emosiku, berkata bahwa mood pagimu akan terganggu, mempermasalahkan emailku dan hal-hal lainnya yang tidak perlu untukku.
Sepertinya semua cerita itu tak ada artinya bagimu, tapi bagiku? meninggalkan setoreh luka mendalam di hatiku, ingin ku lupa tapi asaku tak kuasa tuk menghapusnya. Setiap aku bertanya dan mendapat jawaban yang tidak jujur dari mu, membali luka itu mengaga dan terasa perih. Tidak perlu kamu membuktikan cinta mu kepada ku dengan menyelami lautan, mendaki pegunungan, membelah hatimu untuk menunjukan cinta mu padaku. Cukup dengan menggam tanganku, meminjamkan pundakmu, dam memeluk erat diriku.
Tak perlu kamu tanya apa mauku? Toh cukup menuruti “sedikit” inginku, jujur padaku dan menunjukan kepada orang lain bahwa hanya aku milik mu, ya cara itu cukup mampu untuk menipuku dan menyenangkanku dan membuat aku percaya bahwa kamu memang cinta kepada ku.
Kamu bilang emosiku begitu mudah untuk dibaca, mungkin kamu hanya bisa membacanya tanpa pernah merasakannya. Untuk berbicara tenang dengan mu sangat sulit bagiku, mungkin ini salah satu cara ku untuk dapat mengatakan apa mau ku tanpa perlu menyakitimu. Dan dengan tenang dan berfikir jernih aku dapat menuliskan apa rasaku dan apa inginku.
Ya, kamu memang kamu… tak bisa dan tak mungkin kamu itu aku. Jalan fikir mu bukan jalan fikirku, tapi aku berusaha menyeimbangi kamu dengan sekuat tenagaku, apakah kamu tahu isi hati ku? Sepertinya aku masih terhanyut dalam mimpiku, aku ingin memeluk mu, mendekap mu, memiliki mu, mencintai mu.
Semoga kamu mengerti, adeulfah.